Samiri Membuat Patung
Salah seorang umat nabi musa as, samiri namanya, ia membuat patung sapi betina dari emas. Kemudian dimasukkannya segumpal tanah dari bekas telapak kaki kuda malikat jibril, sehingga petung itu dapat bersuara. Menurut riwayat, sewaktu nabi musa as dan kudanya akan menyeberangi laut merah bersama kaumnya, malaikat jibril dengan mengendarai kuda betina membimbing perjalanan mereka di muka. Itu adalah perintah allah swt, karena semula kuda nabi musa as dan kaumnya tidak mau melewati laut merah. Rupanya samiri si tukang sihir itu, melihat mukjizat allah itu, dan segera memanfaatkannya untuk tujuan jahatnya.
Setelah patung anak sapi itu selesai dibuat, maka berserulah samiri kepada orang orang di sekitarnya: "wahai kawan kawanku, agaknya musa sudah tidak ada lagi, maka tidak ada gunanya kita menyembah tuhannya musa. Sekarang, marilah kita sembah patung anak sapi yang terbuat dari emas ini. Dia pun dapat bersuara, dan inilah tuhan yang patut kita sembah".
Maka banyak di antara umat nabi musa as yang berbalik murtad dan mengikuti ajakan samiri. Mereka beramai ramai menyembah patung anak sapi itu. Nabi harun as telah berusaha sekuatnya untuk mencegah mereka dari kemurtadan itu, tetapi mereka menentangnya.
Ketika nabi musa as kembali kepada kaumnya, dan melihat perbuatan mereka yang sesat itu, murka dan duka citanya bukan kepalang. Di dalam al-qur'an allah swt menerangkan hal itu dengan firmannya: "Kemudian musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih hati. Berkata musa: "Hai kaumku, bukankah tuhanmu telah menjanjikan kepadamu suatu janji yang baik? Maka apakah terasa lama masa yang berlaku itu bagimu atau kamu menghendaki agar kemurkaan tuhanmu menimpamu, dan kamu melanggar perjanjianmu dengan ku?" (QS. Thaha: 86).
Kemudian nabi musa as menegur nabi harun as atas ketidakmampuannya menjaga umatnya, sebagaimana disebutkan di dalam al-qur'an: "Berkata musa: "Hai harun, apa yang mengalangi kamu ketika kamu melihat mereka telah sesat, sehingga kamu tidak mengikuti aku? Maka apakah kamu telah sengaja mendurhakai perintah ku?" (QS. Thaha: 92-93).
Nabi harun as menjawab: "Hai putra ibuku, janganlah kamu pegang janggutku dan jangan pula kepalaku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan berkata kepadaku: "Kamu telah memecah bani israil dan kamu tidak memelihara amanatku".
Kepada samiri, nabi musa as kemudian menghardik: "Apakah yang mendorongmu berbuat demikian hai samiri?" Samiri menjawab: "Aku mengetahui sesuatu yang tidak mereka ketahui, maka kuambil segenggam dari jejak rasul, lalu aku melemparkannya, dan demikianlah nafsuku membujukku". Berkata musa: "Pergilah kamu, maka sesungguhnya bagimu di dalam kehidupan di dunia ini hanya dapat mengatakan: "Janganlah menyentuh aku!' Dan sesungguhnya bagimu hukuman di akhirat yang kamu sekali kali tidak dapat menghindarinya. Dan lihatlah tuhanmu yang tetap kamu sembah itu, sesungguhnya kami akan membakarnya, kemudian kami sungguh sungguh akan menghamburkannya ke dalam laut (berupa abu yang berserakan)" (QS. Thaha: 95-97).
Kemudian, kepada umatnya yang lain, nabi musa as memerintahkan untuk bertobat atas kesalahan dan dosa mereka itu. Nabi musa as memohonkan ampun pula kepada allah swt, sebagaimana disebutkan di dalam al-qur'an:
"Dan ingatlah ketika musa berkata kepada kaumya: "Hai kaumku, sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu (sebagai sembahanmu), maka bertobatlah kepada tuhan yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu. Hal itu adalah lebih baik bagimu di sisi tuhan yang menjadikan kamu, maka allah menerima tobatmu. Sesungguhnya dialah yang maha penerima tobat lagi maha penyayang" (QS. Al-BAqarah: 54).
Umat Nabi Musa Ingin Melihat Tuhan
Umat nabi musa as yakni bani israil, memiliki sifat keraas kepala dan hati. Sifat kekufuran yang ada pada mereka tidak mudah hilang begitu saja. Mereka senantiasa mencari alasan untuk dapat lepas dari kewajiban dan bebas dari segala yang diharamkan. Mengenai itu allah swt telah berfirman:
"Dan ingatlah ketika kamu berkata: "Hai musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat allah dengan terang", karena itu kamu disambar halilintar sedangkan kamu menyaksikannya. Setelah itu kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati, supaya kamu bersyukur" (QS. Al-Baqarah: 55-56).
Bani israil ragu terhadap allah swt. Karena itu mereka menyerupakan tuhan dengan suatu makhluk hidup, padahal seisi alam ini tidak ada yang dapat menyerupai allah. Zat allah tidak dapat dilihat oleh mata manusia. Tetapi allah swt dapat melihat segala makhluk ciptaannya.
Umat Nabi Musa Terkurung Di Padang Tih
Bani israil yang telah menjadi pengikut nabi musa as mudah sekali terpengaruh oleh kaumnya yang kafir. Jika mereka bercampur gaul, maka para pengikut nabi musa as akan segera kembali kepada kebiasaan lamanya. Itulah sebabnya allah swt kemudian menyuruh mereka agar berhijrah kenegeri suriyah (baitul maqdis). Tetapi mereka menolak perintah itu dengan banyak mengemukakan alasan yang dibuat buat. Maka allah swt mengurung mereka di padang tih selama 40 tahun. Di dalam al-qur'an allah swt menerangkan:
"Dan ingatlah ketika kami berfirman: "Masuklah kamu ke negeri ini (baitul maqdis), dan makanlah dari hasil buminya yang banyak lagi enak, mana saja yang kamu sukai, dan masukilah pintu gerbangnya sambil bersujud, dan katakanlah: "Bebaskanlah kami dari dosa, niscaya kami ampuni kesalahan kesalahanmu. Dan kelak kami akan menambah pemberian kami kepada orang orang yang berbuat baik" (QS. Al-Baqarah: 58).
Memang kebanyakan kaum nabi musa as durhaka kepada allah swt. Walaupun mereka selalu memperoleh pertolongan allah swt ketika dalam keadaan kesempitan, namun mereka tidak pernah mensyukurinya. Nabi musa wafat di padang tih dalam usia 120 tahun, sedangkan nabi Harun as wafat lebih dahulu dari pada beliau.
Baca Juga:
Post a Comment