Khutbah Jumat Terbaru: Meneladani Kisah Nabi Ismail Dalam Menepati Janji

khutbah jumat terbaru, kisah nabi ismail menepati janji, nabi ismail

Kaum muslimin rahima kumullah!
Khatib mewasiatkan kepada diri khatib pribadi dan jamaah sekalian agar senantiasa baertakwa kepada allah swt, melaksanakan perintahnya dan menjahui segala larangannya. bertakwa dengan cara menaatinya bukan malah mengkufurinya, dan selalu mengingatnya bukan melupakan nya.

Segala puji baginya rabb semesta alam, yang telah mengaruniakan berbagai kenikmatan yang tak terhingga shalawat dan salam bagi penghulu para rasul, kekasih dan penyejuk hati kita, muhammad saw, juga kepada keluarga dan sahabat sahabatnya, serta pengikutnya hingga akhir zaman.

Kaum muslimin rahima kumullah!
Di dalam al-qur'an allah swt menceritakan kisah rasul nya, ismail alaihi salam yang merupakan tauladan dalam menepati janji: "Dan ceritakanlah hai muhammad kepada mereka kisah ismail yang tersebut di dalam Al-Qur'an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi. Dan ia menyuruh ahliny untuk bersembahyang dan menunaikan zakt, dan ia adalah seorang yang di ridhai di sisi rabbnya". (QS Maryam: 54-55).

Pada ayat ini, allah swt memerintahkan kepada nabi muhammad saw untuk menceritakan tentang kakenya, yaitu nabi ismail (Adhwa ul-Bayan, 4:322). Dialah yang nantinya menjadi cikal bakal bangsa arab, yang merupakan suku terbaik dan paling agung. Dari kalangan mereka inilah terlahir penghulu anak adam, yaitu rasulullah muhammad saw (At-Taisir, 529).

Dalam ayat ini pula, allah swt menyanjung nabi ismail bin ibrahim al-khalil alaihi salam bahwa sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya (Tafsirul-Qur'ani Azhim (5/238), al-jaim'u li ahkamil qur'an (11/106). Ia tidak mendustai janjinya dan tidak berbuat ingkar. Bila sudah berjanji kepada rabbnya atau kepada sesama manusia, niscaya akan memenuhinya (Jami'ul Bayan, 16: 126). Sifat terpuji yang beliau miliki ini umum, baik janji yang ditunjukan kepada allah maupun kepada sesama manusia (Zadul Masir, 3: 135).

Kuatnya kesetiaan yang melekat pada nabi ismail dalam masalah janji, di antaranya dibuktikan dengan komitmennya saat berjanji kepada sang ayah, nabi ibrahim agar ia bersabar saat diberitahukan akan disembelih oleh ayahnya sendiri atas petunjuk allah melalui mimpi. Dan Nabi ismail pun memenuhi janji tersebut.

Syaikh Asy Syinqithi rahima kumullah mengatakan, seseorang yang sanggup memenuhi janjinya dengan menyerahkan diri untuk disembelih, sungguh itu termasuk bukti meyakinkan tentang kebenaran janjinya. Allah berfirman : "Maka tatkala anak itu sampai pada umur sanggup berusaha bersama sama ibrahim, ibrahim berkata: "Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu?" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu insya allah kamu akan mendapati aku termasuk orang orang yang sabar". (QS Ash- Shaffat: 102).

Demikianlah janji nabi ismail, dan allah menjelaskan jika nabi ismail menepati janjinya, sebagaimana disebutkan dalam firmannya: "Tatkala keduanya telah berserah diri dan ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya, (nyatalah  kesabaran keduanya).."(QS Ash Shaffat: 103).

Dan nabi ismailpun menepati janji tersebut. Kemudian menyuruh sang ayah untuk menyembelih dirinya, sebuah cobaan paling besar yang menimpa seorang manusia. (Tafsirul-Qur'ani 'Azhim, 5: 239 dan At-Tafsir, 529).

Kaum muslimin rahima kumullah!
Peristiwa ini benar benar merupakan ujian yang telah di lakukan itu termasuk perilaku terpuji. Dan sebaliknya, berdasarkan dalil khithab mafhum mukhalafaf, mengingkari suatu janji, maka terhitunga sebagai bagian sifat sifat tercela. Penjelasan masalah ini telah diuraikan di sejumlah ayat Al-Qur'an. Sebagaimana firman allah :

"Maka allah  swt menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai pada waktu menemui allah swt, karena mereka telah memungkiri terhadap allah apa yang telah mereka ikrarkan kepadanya dan juga karena mereka selalu berdusta". (QS. at-Taubah: 77).

"Hai hai orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat. Amat besar kebencian di sisi allah bahwa kamu mengatakan apa apa yang tiada kamu kerjakan" (QS. Shaf: 2-3) dan lain lain.

Rasulullah bersabda: "Tanda orang munafik ada tiga, jika berbicara secara berdusta, jika berjanji ia mengingkari, jika dipercara ia berkhianat" (HR al-Bukhari no. 33, Muslim no. 59, dari hadits Abu Hurairah R.a).

Dengan demikian kita mengetahui, bahwa mengingkari janji merupakan bagian dari karakter kaum munafiqin. Sebaliknya, menepati janji termasuk sifat kaum mukminin. Begitu juga yang melekat pada diri rasulullah. Beliau adalah seorang yang benar dengan janjinya. Rasulullah tidak pernah berjanji, melainkan pasti akan menepatinya.

Rasulullah juga pernah memuji Abdul Ash bin ar-Rabi', suami dari zainab. Kata rasulullah tentang Abdul Ash bin ar-Rabi': "Dia telah berbicara kepadaku dan berkata jujur, berjanji kepadaku dan menepatinya" (HR al-Bukhari no. 3729 dan muslim no. 2449).

Kaum muslimin rahima kumullah!
Sikap menepati janji termasuk salah satu faktor  yang telah mengangkat derajat nabi ismail, sehingga berhak disebut dalam Al-Qur'anil Azhim (Aisarut-Tafasir 1: 724). Mengapa nabi ismail diistimewakan dengan sanjungan ini, bukankah tidak ada nabi yang memiliki sifat mengingkari janji? Jawabnya, ssifat menepati janji melekat pada semua nabi. Secara khusus dikaitkan kepada nabi ismail sebagai bentuk tasyrif (kemuliaan), lantaran besarnya cobaan yang harus di alami beliau untuk menepati janjinya, yang tidak terjadi pada nabi lainnya. Sifat ini termasuk kebiasaan yang terpuji oleh bangsa arab dan bangsa lainnya.

Dalam sebuah syair diilustrasikan: kapan saja seorang yang merdeka berkata kepada orang yang memiliki keperluan, niscaya akan menyelesaikannya. Orang merdeka menjamin janjinya. (Zadul Masir, 3: 135 dan Jami'ul bayan 11: 107).
Khutbah Jumat Terbaru: Meneladani Kisah Nabi Ismail Dalam Menepati Janji Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Unknown

Post a Comment