jama'ah Jumat Rahimakumullah!
Salah satu nikmat, amanah, sekaligus ujian dari allah swt adalah hadirnya anak di tengah keluarga kita. Tingkah lucu, cerdik, menggelikan, sekaligus menyenangkan, senantiasa mereka tampilkan. Hal itu membuat suasana keluarga semakin meriah. Hadirnya momongan di tengah keluarga merupakan dambaan pasutri (pasangan suami istri). Karena itu dapat kita bayangkan, betapa sepinya keluarga, jika anak tak berada di sisi pasutri.
Selanjutnya, cara orang tua menyambut, menjaga, memelihara, mengarahkan, membimbing, atau mendidik anak untuk kehidupan anak di masa depan jangka pendek (dunia) dan jangka panjang (akhirat) akan memberikan andil besar atau bahkan menentukan bagi :
- Sukses tidak nya orang tua di dalam bersyukur kepada allah swt atas nikmat darinya berupa anak, sehingga anak tidak dicemari fitrahnya.
- Sukses tidaknya orang tua di dalam menunaikan amanah allah swt berupa anak, sehingga akan tumbuh anak anak shalih dan shalihah.
- Sukses tidak nya orang tua di dalam menempuh ujian dengan lahirnya di tengah keluarga, sehingga anak tidak menjadi penyebab orang tua meninggalkan ibadah kepada allah swt.
Rasulullah bersabda: "Tidaklah anak manusia dilahirkan melainkan pasti lahir di atas fitrahnya, maka kemudian orang tuanyalah yang membuatnya menjadi yahudi atau nasrani atau majusi" (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Berdasarkan hadits ini kita mengetahui, bahwa anak lahir dalam keadaan fitrah (Bertauhid dan berpotensi baik). Jika kemudian anak menjadi menyimpang, ia menjadi yahudi/Nasrani, dan ahli maksiat, maka orang tua memiliki andil besar sebagai penyebabnya, mengapa? Sebabnya adalah :
- Orang tua adalah pihak yang sejak awal paling dekat dan berpengaruh langsung kepada anak.
- Orang tua tidak memberikan perawatan dan pendidikan yang tepat sejak udia dini. Orang tua justru memberikan pendidikan yang menyimpang dari tauhid dan sunnah rasulullah saw.
Jika orang tua mencari nafkah dengan cara batil (menipu, mencuri, mencopet, korupsi, riba, memeras, dll), maka nafkah tersebut tidak berkah (tidak mengandung kebaikan). lantas, anak dan istri, juga diri ayah tersebut tumbuh dari perawatan fisik/jasad (nafkah) yang haram. Pengaruhnya, hati manusia menjadi keras untuk menerima kebenaran dari allah swt dan rasulnya.
Hal itu akan diperparah lagi dengan cara, harta dari hasil yang haram tersebut dibelanjakan untuk makanan, minuman, dan hal lain yang haram (merokok, berjudi, khamr, narkoba, membeli daging babi dan marus/darah binatang, dll). maka tumbuhlah jasmani yang tidak sehat. Inilah bentuk perawatan yang menyimpang.
Adapun pendidikan yang menyimpang terlihat dengan jelas, manakala orang tua menyerahkan pendidikan anak mereka pada sekolah yang tidak menghargai pendidikan agama secara memadai. Hal itu diperburuk dengan pendidikan agama yang di ajarkan itu pun menyimpang dari sumber rujukan islam (Al-qur'an dan sunnah).
Berdampingan dengan hal itu, anak di cekoki dengan berbagai acara TV, Radio, dan sejenisnya selama berjam-jam setiap harinya. Demikian halnya di masyarakat marak sekali adanya acara panggung panggung hiburan yang jauh dari tuntunan islam. Dilengkapi dengan pergaulan yang di alami anak, baik dilingkungan keluarga besarnya, di masyarakat, dan di berbagai kesempatan, jauh dari akhlak islami.
Disempurnakan dengan bahan bacaan (majalah, surat kabar, tabloid, novel, puisi, kaset/CD/DVD, dan sejnisnya) yang mengumbar kemaksiatan (pornografi dan sejenisnya), maka genap lengkap dan sempurnalah pendidikan anak yang menyimpang menjadi menu/program/kurikulum yang mengarahkan anak menjadi nasrani, yahudi/ majusi.
Sungguh besar pengaruh orang tua terhadap anak. Pepatah mengatakan, "Mangga jatuh tidak jauh dari pohonnya". Dan Rasulullah saw pun telah bersabda: "Agama seseorang tergantung kepada siapa yang menjadi orang yang paling dicintainya. Maka coba perhatikan siapa orang yang paling dicintai oleh salah seorang dari kalian". (HR. Ahmad).
Firman Allah swt: "Orang orang yahudi dan nasrani tidak akan senang kepada kamu sehingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah, "Sesungguhnya petunjuk allah itulah petunjuk (Yang sebenarnya). Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepada kamu, maka allah swt tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu" (QS. AL-Baqarah: 120).
Jama'ah Rahimakumullah!
Inilah tantangan umat islam dari luar dirinya di masa kini dan mendatang. Demikian halnya kelemahan umat islam sendiri (tidak memahami islam dengan benar, taklid, berlebih lebihan di dalam mencintai orang orang shalih, maupun meremehkan agama, tidak istiqamah, dan sejenisnya, lemah IPTEK, tak profesional di dalam beramal, dll) merupakan tantangan dari dalam tubuh umat islam yang harus di jawab umat islam sendiri.
Orang tua, khususnya ayah, adalah yang paling bertanggung jawab untuk menyelesaikan agenda besar ini dalam lingkup keluarga yakni pendidikan yang sejalan dengan fitrah anak. Pendidikan anak yang demikian dapat menghadapi tantangan masa kini dan masa depan yang bersifat materialistis, liberalistis, anti agama, dan pengumbar nafsu yang diciptakan oleh yahudi, nasrani, dan majusi.
Allah swt berfirman: "Hai orang orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat malaikat yang kasar, yang tidak mendurhakai allah terhadap apa yang diperintahkannya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan" (QS. At-Tahrim: 6).
Jama'ah jum'at rahimakumullah!
Sekiranya orang tua sanggup mengatasi tantangan dari dalam dan luar tersebut, dengan cara memberikan perawatan yang baik dan halal, serta pendidikan yang berbasis islam yang mengembangkan fitrah anak, maka akan lahir anak anak yang bertauhid, berbuat baik, menguasai bidang keahlian yang dipilihnya, dan istiqamah diatas Din yang Haq (Dinul islam).
Akhirnya kelak akan lahir anak anak yang sanggup menghadapi tantangan materialistis, liberalisme, anti agama, dan para pengumbar nafsu produk dan antek yahudi dan nasrani. Insya allah mereka akan mengungguli musuh allah, musuh islam, dan musuh musuh kaum muslimin hari ini dan ke depan.
Demikian halnya, anak merupakan amanah. Orang tua yang sukses adalah mereka yang sanggup mengemban amanah. Sesungguhnya allah telah mempercayakan makhluk nya (berupa anak) untuk dirawat/di asuh dan di didik oleh orang tua. Orang tua yang menyadari hal ini, mereka akan memperkuat keikhlasan, kesabaran, dan kesungguhannya di dalam merawat dan mendidik amanah allah swt.
Anak merupakan aset masa depan (dunia, jangka pendek dan AKhirat jangka panjang). Tanpa keikhlasan, kesabaran, dan kesungguhan (juhud) yang prima, niscaya orang tua akan menghadapi kegagalan di dalam menunaikan amanah.
"Apabila anak adam (manusia) meninggal dunia, maka terputuslah semua amalnya, kecuali tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakannya" (HR. Muslim).
Anak Shalih/shalihah tidaklah akan terwujud, manakala perawatan dan pendidikan terhadapnya menyimpang. Oleh karena itu, orang tua yang menghendaki buah yang segar di dunia maupun di akhirat berupa anak shalih/shalihah, maka hendaknya mereka mempersiapkannya sebaik mungkin sejak dini.
Anak shalih adalah anak yang berbuat baik seperti yang tergambarkan di dalam firman allah swt: "Sembahlah allah dan janganlah kamu menyekutukannya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib kerabat, anak anak yatim, orang orang miskin, tetanggga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya allah tidak menyukai orang orang yang sombong dan membangga banggakan diri" (QS. An-Nisa': 36).
Berdasarkan ayat ini, anak baik adalah :
- Bertauhid dan tidak menyekutukan allah swt.
- Birul walidain (berbakti kepada orang tua).
- Berbuat baik kepada sesama manusia.
- Tidak sombong dan bangga diri.
Jama'ah jum'at rahimakumulah!
Anak shalih yang berciri ciri seperti yang digambarkan pada surah An-Nisa':36 itulah yang sanggup menjawab tantangan zaman, yang sanggup mengatur dunia ini dalam rangka taat kepada allah swt. Dan hal itu merupakan karunia darinya kepada siapa yang dia kehendaki. Perhatikan firman allah berikut ini:
"Dan allah telah berjanji kepada ornag orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal amal yang shalih, bahwa dia sungguh sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhainya untuk mereka, dan dia benar benar akan mengubah (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahku dengan tiada menyekutukan sesuatu apa pun dengan ku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang orang yang fasik" (QS. An-Nur: 55).
Marilah kita tundukkan hati, pikiran, dan perasaan kita ke hadapan allah. Kita memohon kepadanya, semoga berkenan kiranya dia menurnkan karunia, taufik, hidayah, dan inayahnya kepada kita semuanya, amin.
Post a Comment